Tentang Perjalanan Leluhur Arya Pinatih
Menanggapi surat pembaca Bapak I Wayan Putra Yasa di harian ini (BP, 13/9) berjudul Tentang Leluhur AWBP bersama ini kami sampaikan ringkasan tonggak sejarah perjalanan leluhur Arya Wang Bang Pinatih.
Dari beberapa babad dan prasasti maupun piyagem sebagian besar menyebutkan leluhur AWBP dari Empu Beradah yang berputra Empu Bahulu Candra, Empu Siwa Gandu, dan Ni Diyah Widowati. Empu Bahulu Candra berputra Empu Tantular dan memiliki 4 putri. Kemudian Empu Tantular berputra Danghyang Penawasikan, Danghyang Siddhimantra, Danghyang Semarantha, dan Danghyang Kepakisan. Dari sini keturunannya yang ada di Bali disebut tri wangsa yaitu Danghyang Kepakisan menurunkan adanya para kesatria, Danghyang Semaranatha menurunkan para ida bagus dan Danghyang Siddhimantra menurunkan Ida Bang Manik Angkeran.
Setelah Danghyang Bang Manik Angkeran ditinggal sebagai pengajeng di Pura Agung Besakih, beliau sempat mengalahkan Dukuh Blatung, sehingga diserahi wilayah Bukcabe dan putranya. Manik Angkeran berputra Ida Bang Banyak Wide, Ida Bang Tulus Dewa, Ida Bang Wayabhya dan Sira Agra Manik, semuanya lain ibu. Sementara Ida Bang Banyak Wide ke Jawa untuk mencari kakyang-nya, Danghyang Siddhimantra.
Pada zaman Kerajaan Kerta Negara, Banyak Wide menjadi bupati. Beliau punya banyak sebutan seperti Arya Banyak Wide, Arya Wiraraja, serta Arya Adikara. Kemudian menikahi Ni Gusti Ayu Pinatih, putri dari Patih Agung Kerajaan Erlangga yang bernama Ida Bang Bagus Pinatih atau Arya Wirondoyo. Setelah megang jabatan, Banyak Wide mendapat sebutan Ranggalawe. Putra Ranggalawe bernama Brahmana Anuraga yang juga disebut Kuda Anjampiani.
Kuda Anjampiani lantas disarankan oleh kakyang-nya (Ida Bang Banyak Wide) jangan memakai nama brahmana, karena sudah menjadi kesatria. Jadi statusnya adalah kesatria brahmana, sehingga berganti nama menjadi Kiyayi Anglurah Agung Pinatih Mantra. Beliau kemudian datang ke Bali bersama rombongan para Arya yang dipimpin Adipati Gajah Mada pada zaman Kerajaan Samprangan. Beliau diberikan kedudukan di Puri Kerthalangu, Badung, sekitar tahun 1350. Beliau berada di Puri Kerthalangu sampai beberapa keturunan. Leluhur Pinatih lama-kelamaan pindah dari Puri Kerthalangu karena direbut semut lantaran tidak percaya dengan ucapan Dukuh Sakti Pahang yang akan moksa. Akhirnya menuju Dalem Peninjoan. Di sana masih juga dicari semut kemudian pindah ke Padang Galak, terus ke Alas Mimba/ Intaran-Sanur, terus ke Blahbatuh, Alas Huruk Mengandang atau Pucung Bolong. Di sini leluhur Pinatih merabas hutan dan bebas dari kejaran semut. Setelah daerah ini bagus kemudian membangun puri dan juga rumah-rumah para pengikut atau rakyat/bala, termasuk membangun parhyangan. Setelah ramai daerah itu berubah nama menjadi Pradesa Talikup, ada juga menyebutkan Desa Kutulikup dan sekarang bernama Desa Tulikup. Dimana leluhur Arya Pinatih merupakan penguasa pertama di daerah Huruk Mengandang.
Setelah lama tinggal di Puri Tulikup ada utusan dari Raja Gelgel yang disampaikan oleh Cokorda Panji di Nyalian. Isinya, agar Kiyayi Anglurah Agung Pinatih bersama sanak keluarga beserta rakyat menghadap raja. Isi utusan itu lalu dipertimbangkan. Ternyata ada pertentangan antara Kiyayi Anglurah Agung Pinatih dengan adiknya. Adiknya menolak ikut serta sampai akhirnya membagi warisan dari Empu Sedah, termasuk rakyat. Adiknya membawa siwakrana dan pustaka Weda, serta rakyat sepertiga pergi ke barat--kembali ke Badung menuju Jenggala Bija, terakhir di Puri Penatih sekarang. Sedangkan kakaknya ke timur menghadap ke Puri Gelgel dengan membawa keris (Ki Brahmana) dan tumbak (Ki Barugudug) beserta rakyat dua pertiga. Anehnya, dalam pertemuan dengan raja, dikatakan raja tidak ada menyuruh untuk menghadap, apalagi lengkap dengan senjata dan rakyat. Akhirnya beliau berpikir pasti kemauannya Cokorda Panji menguasai Desa Tulikup. Anglurah Pinatih lantas diberikan tempat baru di Bukit Mekar. Selanjutnya daerah ini bernama Desa Sulang dan tempat tinggal leluhur Pinatih bernama Puri Sulang, Klungkung.
Dengan kosongnya Daerah Tulikup lalu datanglah Cokorda Panji menguasai. Namun, entah beberapa lama lagi direbut oleh keturunan Taman Bali bernama Dewa Gede Propok (Dewa Gede Tulikup Sakti), kemudian lagi direbut oleh keturunan Dewa Manggis Kuning bernama Dewa Gede Sayang yang merupakan penguasa terakhir.
Jadi keberadaan Pura Penataran Agung Pinatih, dulu bernama Pemerajan Agung Pinatih Puri Tulikup, yang merupakan parhyangan leluhur Arya Pinatih. Waktu berkuasa di Puri Tulikup, pernah didatangi oleh Danghyang Nirartha yang disambut oleh Kiyayi Agung Pinatih. Danghyang Nirartha dijamu dengan kelapa muda dan pecanangan. Setelah ditinggal ada sinar dan bau wangi dari sisa kelapa muda itu, akhirnya dibuatkan pelinggih dan di-sungsung oleh Desa Tulikup. Pura itu berstatus dang kahyangan dan bernama Pura Sakti Desa Tulikup. Khusus bagi perti sentana Arya Pinatih, Pura Penataran Agung Pinatih (Pemerajan Agung Pinatih Puri Tulikup) merupakan pura kawitan. Demikian yang dapat kami sampaikan, kurang lebih mohon dimaafkan. Semoga bisa menyadarkan diri kita agar selalu ingat dengan kawitan atau eling ring Ida Bhatara Kawitan.
PP Mahakertawarga Danghyang Bang Manik Angkeran SiddhimantraPinandita Ir. I Gusti Ngurah Adiartha(Sekretaris)
Ida Pedanda Rsi Agung Pinatih(Ketua Umum)
Source : Balipost
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Borgata Hotel Casino & Spa - Joliet - KT Hub
Book the Borgata Hotel Casino & Spa in Joliet 안동 출장샵 & Save BIG 부천 출장마사지 on Your 상주 출장샵 Next Stay! Compare Reviews, 영천 출장샵 Photos, & 창원 출장마사지 Availability w/ Travelocity. Start Saving Today! Rating: 3.7 · 11 reviews
Saya orang Tuban Jawa Timur,bangga dg leluhur Kami Eyang Ranggalawe.Dan Sang Putra Brahmana Anuraga yg akhirmya harus kembali ke tanah leluhurnya di Bali...salam budaya,salam persaudaraan
Post a Comment